diberantas. Namun untuk pertama kalinya, organisasi kesehatan dunia
atau WHO mencatat penurunan cukup signifikan pada jumlah penderita
maupun korban meninggal karena TBC.
Dalam laporan berjudul Global Tuberculosis Control Report 2011, WHO
menyampaikan bahwa jumlah kasus baru TBC di dunia pada 2010 tercatat
8,8 juta dan jumlah korban meninggal 1,4 juta jiwa. Angka ini turun
dibanding tahun-tahun sebelumnya, misalnya 9,4 juta kasus baru pada
2009.
"Ini adalah kemajuan yang sangat besar, tapi tidak ada alasan untuk
berpuas diri," ungkap Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa
(Sekjen PBB), Ban Ki-Moon saat mengomentari laporan tersebut, seperti
dikutip dari Reuters, Rabu (12/11/2011).
Meski turun, Sekjen PBB menganggapnya masih terlalu besar karena
jutaan orang masih berisiko meninggal karena TBC setiap tahunnya.
Karena itu berbagai upaya pencegahan dan pengobatan harus dilakukan,
khususnya di kalangan warga yang miskin dan rentan tertular.
Saat ini diperkirakan 30 persen penduduk dunia sudah pernah terinfeksi
kuman TBC, namun hanya sebagian kecil saja yang berkembang menjadi
penyakit. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya tubuh manusia
memiliki kekebalan sendiri terhadap bakteri penyebab TBC.
Meski demikian, ketika sudah berkembang menjadi penyakit maka
kuman-kuman itu harus diobati hingga tuntas. Proses pengobatan yang
berlangsung selama rata-rata 6 bulan sering membuat pasien tidak
betah, lalu berhenti di tengah jalan dan menyebabkan resistensi atau
kuman menjadi kebal.
Selain masalah kepatuhan minum obat, kendala lain dalam pemberantasan
TBC adalah meningkatnya kasus infeksi HIV/AIDS. Pada pengidap
HIV/AIDS, penyakit TBC menjadi salah satu infeksi penyerta atau
oportinistik yang paling banyak memakan korban meninggal.
sumber = detikhealth