Rabu (24/8/2011) malam. Ini adalah kali kedua terjadi gempa dengan
getaran yang lebih kuat dibanding yang terjadi sebelumnya pada Selasa
(23/8/2011) pukul 08.26 pagi.
Gempa di Kalbar merupakan fenomena langka. Selama ini, wilayah
Kalimantan dianggap paling aman dari gempa, karena tidak menjadi
lintasan lempeng induk dunia. Karena itu, ketika terjadi gempa, warga
di daerah ini menjadi panik.
Seperti yang dilakukan ratusan warga di Sungai Raya, Kabupaten
Bengkayang, meninggalkan rumah mereka dengan menggunakan motor dan
mobil, dengan membawa barang seadanya. Deden Suhendrawan (36), warga
Sungai Jaga, yang dihubungi Tribun mengatakan, "Saya lihat warga yang
menggunakan puluhan motor dan mobil dalam keadaan panik. Saya tidak
tahu ke mana mereka pergi, yang pasti ke dataran yang lebih tinggi."
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Supadio
Pontianak, Bambang Hargiyono, yang dikonfirmasi Tribun, Rabu malam,
menjelaskan, gempa susulan ini terjadi pukul 22.51.40 WIB.
"Kekuatan gempa 4.6 Skala Richter dengan kedalaman 10 km. Pusat gempa
berada di laut, sekitar 97 km barat laut Pontianak," kata Bambang.
"Lokasinya 0.68 Lintang Utara dan 108.81 Bujur Timur. Getaran
dirasakan II-III MMI diSingkawang. Tidak berpitensi tsunami,"
tambahnya.
Gempa pertama yang terjadi pada Rabu pukul 08.26.48 berkekuatan 4,4
SR. Pusat gempa berada di darat, sekitar 132 km barat laut Pontianak.
Gempa pada Rabu malam dirasakan pada radius yang lebih luas. Tak hanya
di Singkawang dan Bengkayang, gempa kali ini juga dirasakan di
Mempawah (Kabupaten Pontianak), Pemangkat (Kabupaten Sambas), hingga
di Landak.
"Kemungkinan tingkat kerusakan bangunan akan lebih besar tetap ada
dibanding kemarin," jelas Bambang.
Bambang mengimbau warga agar tetap tenang dan selalu waspada atas
gempa susulan yang mungkin saja terjadi.
Pontang-panting
Deden, warga Sungai Jaga, mengungkapkan, saat gempa kali kedua ini
terjadi, ia bersama keluarganya terpontang- panting keluar rumah untuk
menyelamatkan diri.
"Saya sedang tidur-tiduran di rumah, tiba-tiba rumah bergetar. Saya
spontan lari keluar rumah. Begitupun dengan istri dan keluarga
lainnya," ungkapnya.
Getaran gempa ia rasakan lebih kuat dibandingkan gempa yang terjadi
satu hari sebelumnya. Meskipun hanya berlangsung singkat, 5-6 detik,
warga Sungai Jaga panik bukan kepalang.
Dalam sekejap, kondisi jalan di desanya menjadi ramai. Tidak ada warga
yang berani tinggal dalam rumah.
Puluhan warga dari arah Sungai Duri dan Sungai Pangkalan juga terlihat
mengungsi mengendari motor dan mobil bak terbuka.
Pengumuman waspada gempa terdengar dari beberapa surau desa. Warga
diminta untuk tetap di luar rumah dan tidak panik menghadapi gempa
yang baru saja mereka rasakan.
Bie Bie (29), warga Sungai Raya, mengungkapkan, waktu kejadian ia
sedang membetulkan genset. Tiba-tiba terasa ada getaran besar.
"Getarannya jauh lebih besar dari getaran hari Selasa lalu,,"
tuturnya.
Warga langsung berhamburan keluar rumah untuk menyelamatkan diri dan
bertahan di tepi jalan.
Ada beberapa warga yang lari ke pantai untuk mengecek situasi
permukaan laut, untuk mengantisipasi terjadinya tsunami. Pantauan
warga, tanda-tanda tsunami seperti air surut, tak terlihat.
Kapolsek Sui Raya, AKP CH Sitorus, membenarkan adanya keresahan warga
yang terjadi di jalur Sungai Pangkalan 1 hingga Teluk Soak.
"Sekarang mereka sudah agak tenang dan ada juga yang memutuskan untuk
kembali ke rumah masing-masing. Tadi pun saya bersama Camat juga telah
memberikan imbauan agar warga tidak terlalu resah," ujar saat
dihubungi pukul 00.30 WIB.
Singkawang Juga Panik
Dari Singkawang dilaporkan, kepanikan juga melanda warga. Sinta, warga
Komplek Griya Makmur, Jl Pramuka, mengaku gempa terjadi sangat cepat.
"Getarannya terasa sekitar tiga atau empat detik. Saya tadi sedang
sedang nonton televisi," katanya.
Hampir semua penghuni Komplek Griya Makmur, ujar Sinta, keluar
rumahnya saat itu. "Ada ibu-ibu dan anak-anak. Tapi tidak lama
kemudian mereka kembali masuk rumah," katanya.
Sekda Kota Singkawang, Syech Bandar, mengatakan pihaknya telah
berkoordinasi dengan Manajer Taman Pasir Panjang Indah, untuk memantau
kondisi air laut. "Untuk antisipasi kita tempatkan petugas untuk
memantau air laut," ujarnya.
"Mudah-mudahan tidak terjadi tsunami. Ini hanya untuk antisipasi saja.
Jika ada apa-apa, petugas akan cepat melapor," ungkapnya.
Sedangkan Viktor, warga Mempawah, mengaku kaget dan langsung keluar
kamar dengan menggunakan pakaian lengkap begitu merasakan gempa.
"Tadi, barusan saya merasa ada getaran, beberapa detik. Dan saya
langsung keluar kamar," jelas Victor, warga Jl Puring.
Hakim Pengadilan Negeri Mempawah ini mengatakan, yang dikhawatirkan
bukan gempanya, melainkan terjadinya tsunami. Getaran tersebut begitu
terasa olehnya meski dalam sekejap.
"Setelah saya tanya teman di Singkawang, ia juga merasakan gempa. Yang
saya takutkan bukan gempanya, tapi tsunami besar setelah terjadinya
gempa. Untung tidak terjadi," terang Victor.
Di sepanjang jalan daerah Semudun dan Sungai Kunyit di Kabupaten
Pontianak, warga juga terlihat berhamburan keluar dan memilih bertahan
di sepanjang jalan. Tampak sejumlah warga sibuk menelepon sanak
keluarganya melalui telepon seluler.
Sumber : Tribun Pontianak